Program pebgobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena suatu penyakit.Jika infeksi sudah terlalu parah pengobatn akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan mahal, sehingga tidak efektif dan efisien.Bias juga peternak melakukan pengobatan secara terenfcana jika sebelumnya telah mengetaui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut atau disekitarfaram, contohnya: pemberian obat atau antibiotic melalui pakan.
Mendeteksi penyakit secara dini dapat dilakukan degnan cara mengamati perilaku ayam, konsumsi pakan dan air minum, kotoran yang dikeluarkan dan melakukan pengamatan paeda malam hari untuk mengetahui penyakit yang meyerang saluran pernafasan (ngorok).Jenos obat, dosis, dan lamanya pemberian obat sebaiknya disesuikan dengan rekomendasi yang tertera pada kemasan obat atau dikonsuktasikan dengan dokter hewan atau petugas kesehatan hewan.
Beberapa contoh antibiotik yang sering digunakan pada ayam, antara lain:
No.
Golongan
Bahan aktif
1.
sulfonamida
Sulfaquinoxaline
Sulfachloropynazine
Sulfapyrydozine
Sulfadimethoxine
Sulfamonomethoxine
2.
Tetracycline dan derivatnya
Chlortetracycline (CTC)
Oxytetracycline (OTC)
Doxycycline (DCL)
3.
Nitrofuran
Furazolidane
4.
Quinolon
Flumiquine
Enrofloxacine
Norfloxacine
Cyprofloxacine
Kegiatan Lainnya
Menghindari stress
Stress erat kaitanya dengan system hormonal.Factor pemicu stress diantaranya: cuaca, vaksin, perlakuan.Pemicu stress akan direspon oleh otak besar (hypothalamus) yang memerintahkan otak kecil (pituitary) unutk menambah produksi hormone adenocortikotropik (ACTH).Selanjutnya hormone ACTH akan dibawa melalui peredaran darah menuju glandula adrenal yang memproduksi corticosteron.Adanya hormone ACTH menyebabkan kadar coticosteron tinggi sehingga menyebakan detak jantung bertamabah, takanan darah naik, konsumsi pakan turun, aktivitas seksual rendah, antibody yang diproduksi berkurang, daya pertumbuhan rendah, dan plasma glikogen rendah.Akibatnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit menjadi rendah.
Cara mencegah stress pada ayam:
- memberikan multivitamin dan elektrolit jika terjadi sesuatu yang menyebabkan ayam stress atau sebelum dan sesudah vaksinasi
- menghindari perlakuan kasar dan suara gaduh selama pemeliharaan
- melakukan ayam secara hati-hati dan tidak kasar selama vaksinasi
- mengusahakan lingkungan kandang tetap stabil, seperti perubahan temperature, peralatan, aktivitas sehari-hari dan petuga tidak berubah-ubah secra mendadak
- menempatkan peralatankandang secara tepat dan jumlahnya memadai
- menghindari tingginya gas ammonia
Tata Laksana Pemeliharaan
Beberapa factor menejemen yang mempengaruhi terjadinya serangan penyakit pada ayam, antara lain:
-kualitas bibit
bibit ayam dipilih dari kualitas yang baik, bebas dari penyakit sesuai dengan standar tiap strain.
-system pemeliharaan
system pemeliharaan yang dianjurkan adalah system pemeliharaan system satu kali habis (all in all out system).Pada system ini pemeliharaan ayam dilakukan dengan memelihara satu grup ayam dalam 1 flock tanpa ada penambahan umur yang berbeda dalam flock tersebut.Kemudian di[anen bersamaan.System ini sering digunakan untuk ayam pedaging.
-kandang dan peralatan
kandang dan peralatan harus selalu bersih, karena kandang dan peralatan bisa menyebabkan stress pada ayam sehingga bias memicu morbiditas dan mortalitas
-pemberiann pakan dan minum
pemberian pakan harus dilakukan setiap hari sesuaidengan kebutuhan ayam, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.Pemberian pakan yang salah bias memicu stress dan defisiensi salah satu nutrisi sehingga ayam banyak menemui masalah.Air minum untuk ayam harus bebas dari organisme penyebab penyakit dan memenuhi syarat kebanyakan air minum, baik secara bilogi, fisik maupun kimia.
Test Darah
Test darah merupakan suatu program untuk mengontrol jenis penyakit.Pogram ini harus dilakukan secara teratur dan terjadwal, penyakit yang bias dideteksi dengan tes darah adalah penyakit yang disesbabkan oleh pullorum, thypoid, dan mycoplsma.Tes darah juga bias digunakan unutk mengetahui titer antibody ayam sehingga berhubungan erat dengan program vaksinasi yang sedang dijalankan.
Swollen head syndrome (SHS) adalah suatu penyakit menular yang menyerang alat pernapasan unggas terutama ditemukan pada ayam pedaging (broiler) berumur 4-6 minggu. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi gabungan antara Coronavirus, Escherichia coli dan Pneumovirus serta Staphylococcus. E. coli bertindak sebagai infeksi sekunder. Penyakit ini pada mulanya ditemukan di Afrika Selatan, tetapi sekarang diketahui telah berjangkit di berbagai negara. SHS disebut juga Avian Pneumovirus yang disebabkan oleh Pneumovirus single stranded yang berukuran 80-200 nm RNA virus. Pneumovirus termasuk subfamily Pneumovirinae dan family Paramyxoviridae.
GEJALA KLINIS
Unggas yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala bersin diikuti oleh kemerah-merahan dan pembengkakan kelenjar lakrimalis. Kebengkakan juga terjadi pada tepi mata yang melanjut ke kepala dan menurun sampai gelambir bawah dalam waktu 24-36 jam. Unggas yang terserang penyakit ini biasanya menggaruk mukanya dengan kaki. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu 5-10 hari. Virus yang sama dapat menyerang ayam dewasa dan mengakibatkan penurunan produksi telur.
PERUBAHAN PASCAMATI
Unggas yang terserang mengalami perdarahan titik dan bendung pada selaput lendir sekat rongga hidung. Apabila kulit bagian muka dibuka, akan terlihat busung dan bernanah.
DIAGNOSIS
Kepastian diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan mengidentifikasi virus Corona dari sekat hidung. Gejala klinis dapat dikacaukan oleh Newcastle disease (ND) dan snot. Untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya dikirimkan ayam sakit yang masih hidup.
KEJADIAN DI INDONESIA
Akhir-akhir ini, penyakit ditemukan pada ayam broiler terutama di Jawa yang mengakibatkan angka kematian dan kesakitan cukup tinggi.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi melalui tetes mata, tetapi vaksin ini belum tersedia di Indonesia. Pengobatan dapat dilakukan dengan preparat sulfa, nitrofuran atau oksitetrasiklin untuk menurunkan kejadian infeksi.
Ayam penderita dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi. Sisa pemotongan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibakar. Lesi bagian kepala yang sudah melanjut harus dibuang dan dimusnahkan.
Colibacillosis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, meliputi kematian embrio pada telur tetas, infeksi yolk sac, omfalitis, koliseptisemia, air sacculitis, enteritis, infeksi alat reproduksi (ooforitis, salpingitis), koligranuloma, arthritis, dan bursitis sternalis. Pada kondisi lapangan, Colibacillosis lebih dikenal berdasarkan bentuk khusus menonjol pada suatu kasus tertentu, misalnya koliseptisemia, infeksi yolk sacTabbu (2000).
Kejadian Penyakit
Berbagai serotipe E.coli dapat menginfeksi sebagian besar mamalia dan unggas. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini paling banyak dilaporkan pada ayam, kalkun dan itik. Kuman E. coli merupakan penghuni normal di dalam saluran pencernaan ayam sehingga adanya bakteri tersebut di dalam air minum merupakan suatu petunjuk tentang pencemaran oleh feses. Pada ayam yang sehat, sekitar 10%-15% dari seluruh E.coli yang ditemukan di dalam usus tergolong serotipe yang patogen. Bagian usus yang terbanyak mengandung kuman tersebut adalah usus halus bagian tengah (jejunum), bagian bawah (ileum) dan sekum. Jenis E. coli yang terdapat di dalam usus tidak selalu sama dengan jenis yang ditemukan pada jaringan lain misalnya pada saluran pernafasan atau kantong jantung pada ayam yang sama. Kuman tersebut ditemukan juga dalam esophagus dan trakea (Tabbu, 2000).
Bakteri E. coli dapat menyebabkan penyakit primer pada ayam, tetapi dapat juga bersifat sekunder mengikuti penyakit lainnya yaitu Gumboro, CRD, Snot, SHS, ILT dan Koksidiosis. Faktor pendukung timbulnya Colibacillosis, meliputi sanitasi/desinfeksi yang suboptimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai, dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresif. (Akoso, 1993 dan Tabbu, 2000).
Penyebab
Penyebab utama penyakit Colibacillosis adalah bakteri Escherichia coli galur patogen. Eksotoksin yang dihasilkan oleh beberapa strain mengakibatkan hipersekresi air dan khlorida ke dalam lumen usus, menghambat penyerapan kembali Natrium, dan akibatnya usus menjadi teregang, pergerakan berlebihan (Murtidjo, 1992). Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif yang tidak tahan asam, tercat uniform, berbentuk batang, tidak membentuk spora, motil, mempunyai flagela dan berukuran 2-3 x 0,6µm. Escherichia coli disebut juga pathogen oportunis karena penyakit yang ditimbulkanya biasanya bersifat sekunder mengikuti stress atau penyakit lain. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai media yang lazim digunakan untuk mengisolasi bakteri dan membutuhkan temperatur 18oC-44oC atau lebih rendah (Retno, dkk., 1998 dan Tabbu, 2000).
Bakteri E. coli yang bersifat patogen mempunyai struktur dinding sel yang disebut pili, yang tidak ditemukan pada serotype yang tidak patogen. Faktor virulensi dipengaruhi oleh ketahanan terhadap fagositosis, kemampuan perlekatan dengan epithel saluran nafas dan ketahanan terhadap daya bunuh antibodi tubuh. Serotype yang banyak menyebabkan penyakit pada unggas adalah 01, 02, 035 dan 078 (Tabbu, 2000). Escherichia coli mempunyai struktur antigenik O, K dan H. Bakteri ini banyak sekali terdapat di usus bagian belakang dan keluar dari tubuh bersama-sama tinja dalam jumlah besar. Di dalam tinja bakteri tahan sampai beberapa minggu, tetapi tidak tahan kekeringan dan desinfektan (antisep, neoantisep, medisep, formades atau sporades) (Retno, dkk., 1998).
Penularan
Bakteri E. coli dapat ditemukan di dalam litter, kotoran ayam, debu atau kotoran lain disekitar kandang, pakan dan minuman/sumber air seperti sumur. Bakteri dapat bertahan lama dalam kandang, terutama dalam keadaan kering. E.coli dapat juga ditemukan di dalam feses rodensia, hewan/burung liar, manusia dan insekta. Penularan dapat terjadi secara vertikal (kontak langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sensitif) dan horizontal (secara tidak langsung melalui kontak antara ayam yang sensitif dengan bahan yang tercemar oleh leleran tubuh atau feses ayam yang menderita Colibasillosis). Penularan secara oral melalui pakan dan minuman, secara per inhalasi melalui debu/udara yang mengandung bakteri E.coli (Retno, dkk., 1998 dan Tabbu, 2000).
Infeksi dapat terjadi pada unggas segala umur, hewan muda lebih rentan dibandingkan dengan ayam yang lebih tua. Penyakit ini sering dijumpai pada kelompok ayam yang dipelihara di lingkungan yang kurang bersih (Akoso, 1993). Penularan E. coli terjadi melalui telur tetas dan dapat menyebabkan kematian dini yang tinggi pada anak ayam. Sumber penularan terpenting pada telur adalah feses yang mengandung E. coli, yang menyebabkan pencemaran pada permukaan telur dan akhirnya kuman tersebut akan menembus kerabang dan selaput telur. Pencemaran pada telur dengan E. coli dapat terjadi melalui ovarium ataupun oviduk yang terinfeksi oleh kuman tersebut (Tabbu, 2000).
Gejala Klinis
Gejala klinis pada ayam yang terserangumumnyanampak ringan seperti kotoran ayam encer dan berwarna kuning. Gangguan produksi dan pertumbuhan ayam hampir tidak terlihat. Tetapi penyakit ini akan berbahaya, bila ada infeksi sekunder (Murtidjo, 1992). Ayam menjadi kurus, bulu disekitar pantat kusam, nafsu makan menurun, murung, diare dan bulunya kotor. Kematian ayam terbanyak biasanya terjadi pada anak ayam berumur 5 hari (Akoso, 1993 dan Rukmana, 2003).
Menurut Tabbu (2000), secara khusus gejala klinis dan perubahan patologik sesuai dengan bentuk Colibasillosis yaitu sebagai berikut :
Kematian embrio, infeksi yolk sac dan omfalitis. Gejala klinisnya adalah anak ayam terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk, cenderung didekat pemanas dan berkhir dengan kematian. Gejala lain anoreksia, bulu berdiri, kadang disertai diare. Perubahan patologi makroskopisnya yaitu kandungan yolk sac menjadi lebih encer, belum terserap, ukuran lebih besar dari normal dan berwarna kuning coklat atau seperti keju dan berbau busuk. Terjadi kongesti pada karkas dan subcutan. Perubahan mikroskopisnya yaitu dinding yolksac terlihat edematus, adanya zona jaringan ikat dibagian luar, diikuti lapisan sel radang (heterofil dan makrofag). Umbilikus terdapat zona necrosis, kongesti pembuluh darah dan edema. Juga terjadi perubahan pada hati dan usus.
Koliseptisemia. Gejala klinisnya adalah penurunan nafsu makan yang diikuti kelesuan dan bulu berdiri. Peningkatan frekuensi nafas dan bernafas dengan mulut kadang ngorok. Pertumbuhan/berat badan tidak merata dan penurunan produksi. Perubahan patologi makroskopisnya yaitu organ ginjal membesar dan berwarna merah hitam, kantung empedu juga membesar, jantung kongesti terasa empuk, diruang pericardium terdapat cairan kekuningan. Ditemukan pula keadaan arsacculitis, perihepatitis fibrinosa, pericarditis dan peritonitis. Perubahan mikroskopis nya adalah lesi pada ginjal dalam bentuk kongesti pembuluh darah dan infiltrasi heterofil, juga terjadi pada organ hati. Pada kasus yang melanjut akan dijumpai adanya daerah necrosis disertai infiltrasi heterofil, limfosit, makrofag dan pembentukan giant sel. Terlihat juga adanya proliferasi fibroblast dan kumpulan hancuran heterofil bercampur eksudat kaseos, pembentukan folikel limfoid dan hiperplasia epitel.
Airsacculitis (radang kantung udara). Kerusakan juga terjadi pada jaringan/organ pernafasan dan biasanya juga diikuti dengan perihepatitis dan perikarditis.
Enteritis. Dapat ditemukan bentuk enteritis kataralis di tandai isi usus encer, kekuningan dan bercampur busa. Perubahan patologi makroskopisnya adalah mukosa usus kongesti dan kadang terjadi deskuamasi akibat endotoksin oleh E.coli. Perubahan mikroskopisnya yaituA adanya infiltrasi sel radang dan runtuhan sel epihel usus.
Kolibasilosis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Perubahan makroskopik dan mikroskopik berbagai sindroma dari E. coli yang terisolasi adalah :
1.Omfalitis
Perubahan yang mencolok adalah yolk sac belum terserap, ukurannya lebih besar dari normal dengan isi, viskositas dan warna yang abnormal. Isi yolk sac yang semula kental dan berwarna kuning kehijauan menjadi encer, hijau kecoklatan, dan berbau tidak sedap, dapat pula menjadi lebih kental menyerupai keju. Secara mikroskopik, dinding yolk sac akan terlihat edematus disertai oleh penebalan akibat adanya zona jaringan ikat di bagian luar, diikuti berturut-turut oleh lapisan sel radang yang terdiri atas heterofil dan makrofag, kumpulan giant cells, zona heterofil yang mengalami nekrosis bercampur gumpalan bakteri dan di bagian dalam akan terlihat isi yolk sac. Pada sejumlah kasus dapat juga ditemukan adanya beberapa sel plasma di dalam yolk sac.
2.Koliseptisemia
Pada kolibasilosis bentuk koliseptisemia ditemukan perihepatitis fibrinosa yang ditandai oleh permukaan hati yang tertutup oleh suatu selaput berfibrin berwarna kelabu. Perikarditis fibrinosa ditandai dengan perikardium yang menebal, berwarna kelabu dan melekat pada dinding jantung. Ginjal akan membesar dan berwarna kehitaman akibat fungsinya menyaring toksin yang dihasilkan E. coli. Air sac yang terinfeksi akan terlihat menebal dan kadang-kadang terdapat eksudat kaseus pada permukaan. Secara mikroskopik akan terlihat penebalan kapsula Glissoni hepar akibat infiltrasi heterofil, limfosit dan proliferasi fibroblas dan adanya daerah nekrosis multifokal, yang disertai oeleh infiltrasi heterofil dan limfosit. pericarditis terjadi megikuti septikemia dan biasanya diikuti dengan myocarditis. Pada awal infeksi akan terlihat adanya heterofil pada epikardium, pada kondisi melanjut akan tampak makrofag. Pada bagian myocardium yang berbatasan dengan epikardium akan terlihat akumulasi limfosit.
3.Airsacculitis
Infeksi pada air sac biasanya diikuti perikarditis dan perihepatitis. Air sac menebal dan sering terdapat eksudat kaseus. Secara mikroskopik, lesi mengandung edema dan infiltrasi heterofil. Terdapat banyak proliferasi fibroplastik dan akumulasi sejumlah besar heterofil nekrotik di dalam eksudat kaseus.
4. Enteritis
Isi usus terlihat encer, kekuningan dan bercampur busa. Mukosa usus mengalami kongesti dan kadang-kadang mengalami deskuamasi.
Diagnosa
Diagnosa secara pasti dilakukan di laboratorium dengan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit yang didukung oleh perubahan jaringan yang menciri. Untuk keperluan pemeriksaan laboratoris, jaringan yang mengalami perubahan terutama usus, hati dan paru dikirimkan dalam keadaan segar dingin dan setengahnya dikirim dalam formalin 10%. Beberapa serotipe dari basil Escherichia coli dapat selalu bersifat patogen. Diagnosa juga didasarkan pada gejala klinis yang tampak (Akoso, 1993 dan Tabbu, 2000).
Pengendalian
Pengendalian yang efektif terhadap penyakit Colibacillosis adalah mengusahakan agar jumlah ayam dalam 1 kandang tidak terlalu padat, pengaturan ventilasi dan temperatur yang baik serta perbaikan sanitasi kandang (Murtidjo, 1992). Bisa juga diberi ronaxan dosis 1 –2 gr/L air minum atau mycomas dosis 0,5 ml/L air minum selama 3-5 hari berturut-turut (Rukmana, 2003).
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan yang memiliki daya serap usus tinggi. Misalnya diberi Coccilin water soluble powder sebanyak 1 gr yang dicampur dalam 1 liter air minum, diberikan selama 5 hari berturut-turut (Murtidjo, 1992). Menurut Retno, dkk. (1998), pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan (1). Melakukan sanitasi kandang dan peralatan (dengan antisep, formades atau sporades), mencegah tamu, hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Desinfeksi tempat minum dilakukan 4 hari sekali, mengatur jadwal desinfeksi dan vaksinasi. (2). Usaha peternakan dikelola dengan baik agar nyaman, jumlah ayam tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan diusahakan agar amonia kurang di dalam kandang. (3). Sanitasi tempat minum 2 kali sehari. Rendam tempat minum yang telah dicuci dalam medisep 25 ml tiap 10 L selama 30 menit, setiap 4 hari sekali. (4). Cegah litter menjadi sangat kering dan berdebu dengan tidak memasang liter terlalu tebal (ketebalan litter cukup 7-12 cm). (5) ayam yang terserang penyakit saluran pernafasan segera diobati supaya cepat sembuh.
Pengobatan
Pada infeksi ringan dapat dilakukan pengobatan dengan antibiotik. Pada infeksi yang berat biasanya pengobatan kurang memberikan hasil maksimal. Ayam yang menunjukan gejala penyakit lebih baik secepatnya diisolasi dari kelompoknya (Tabbu, 2000). Pengobatan dimulai dari perbaikan sanitasi lingkungan, pakan dan air. Dokter hewan akan menetapkan penggunaan nitrofurans bila terjadi septisemia atau menggunakan neomisin bila terjadi diare dan radang usus (Akoso, 1993). Ayam yang menderita diobati Coccilin capsul. Untuk ayam usia 1-5 minggu diberi 1/3 capsul, sedangkan usia lebih dari 10 minggu diberi 1 capsul. Pemberian obat dilakukan 4 hari berturut-turut (Murtidjo, 1992). Obat lain yang digunakan adalah coliquin, dextrin, koleridin, tetra-chlor, medoxy, sulfamix, trimezyn, neo meditril, doctril atau respiratrex (pilih salah satu dan berikan sesuai aturan pakai). Berikan vita stress 4-5 hari setelah pengobatan selesai, untuk membantu proses persembuhan penyakit (Retno, dkk., 1998).